Do Your Best and Keep Fighting!
Blooming Sparkly Red Rose

Rabu, 15 Mei 2019

# Semester 1

TUGAS EKONOMI 1


PERMASALAHAN
EKONOMI DESKRIPTIF

1.      Buta huruf di Indonesia
Berdasarkan data dari kemdikbud, angka masyarakat yang buta huruf di Indonesia kini tinggal 2,07%. Sekitar dua pertiga dari 3,4 juta masyarakat yang buta huruf adalah kaum perempuan.

2.      Ketimpangan Sosial
Sejak tahun 2000, ketimpangan ekonomi di Indonesia meningkat pesat. Pertumbuhan ekonomi yang ada lebih dinikmati oleh 20 persen penduduk terkaya daripada masyarakat umum lainnya. pertumbuhan ekonomi Indonesia memicu tingginya ketimpangan antarpenduduk. Hal ini tecermin dalam Indeks Gini, yakni indeks untuk mengukur ketimpangan dalam sebuah negara dari 0 (kesetaraan sempurna) sampai 100 (ketidaksetaraan sempurna). Data dari Bank Dunia mengungkapkan Indeks Gini Indonesia meningkat dari 30,0 pada dekade 1990-an menjadi 39,0 pada 2017. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ketimpangan di Indonesia mulai meningkat pada awal 1990-an.

3.      Infrastruktur di Indonesia
World Economic Forum (WEF), lembaga non-profit yang didirikan di Jenewa, Swiss merilis indeks daya saing infrastruktur negara-negara di dunia. Menarik, peringkat Indonesia naik 10 tingkat. Dalam laporan yang dipublikasikan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), data Global Competitiveness Index 2017 menunjukkan indeks daya saing infrastruktur Indonesia pada 2017-2018 berada di urutan ke-52 dari posisi sebelumnya di periode 2015-2016 yang masih berada di posisi 62.

4.      Inflasi
Bank Indonesia (BI) mencatat Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu pertama Oktober 2018 telah terjadi inflasi sebesar 0,01 persen secara month to month (mtm). Sedangkan secara year on year (yoy) tercatat sebesar 2,89 persen. Perry meyatakan, dengan angka tersebut, menunjukkan inflasi semakin terjaga rendah dan stabil. Kemungkinan, kata Perry, hingga akhir tahun, inflasi diperkirakan berada di bawah target BI sebesar 3,5 persen.

5.      Pengangguran
Badan Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia pada Februari 2018 mencapai 5,13%, atau turun dari periode sama tahun sebelumnya, 5,33%. Dari persentase tersebut, maka jumlah pengangguran di Indonesia saat ini mencapai 6,87 juta orang atau turun dari sebelumnya yang mencapai 7,01 juta orang.

6.      Kemiskinan
Badan Pusat Statistik ( BPS) mencatat Indonesia mengalami titik terendah dalam hal persentase kemiskinan sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret 2018. Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95 juta orang.

7.      Kenaikan Harga Minyak Dunia
Kekhawatiran pasar terhadap rantai suplai minyak global membuat harga minyak dunia kembali melambung menembus 71 dollar AS per barel. Mengutip Bloomberg, Rabu (27/6/2018) pukul 17.30 WIB, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2018 di Nymex-AS naik 0,82 persen menjadi 71,11 dollar AS per barel. Dalam sepekan, harga minyak terus menanjak mencapai 8,22 persen sebagaimana dilansir Kontan.co.id, Rabu (27/6/2018).

8.      Peningkatan Ekspor Non-migas didorong Komoditas Logam
Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut ekspor nonmigas beberapa golongan barang mengalami peningkatan pada bulan September 2018. Peningkatan tersebut berperan terhadap 25,77 persen total ekspor nonmigas sepanjang tahun ini. Peningkatan terbesar ekspor September 2018 terhadap Agustus 2018 terjadi pada bijih, kerak, dan abu logam sebesar USD 75,3 juta atau 18,86 persen. Komoditas nonmigas yang turut meningkat adalah benda-benda dari besi dan baja sebesar USD19,7 juta atau 20,23 persen.

9.      Minat Menabung Masyarakat
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), saat ini rasio Gross National Savings per GDP Indonesia berada di level 30,87 persen. Rasio tersebut di bawah Tiongkok yang 48,87 persen, Singapura 46,73 persen, serta Korea yakni 35,11 persen. Namun rasio yang dimiliki Indonesia berada di atas Malaysia yang berada di level 29,83 persen.

10.  Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
Data e-Marketer menyebutkan jumlah pengguna internet di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Pada 2013, jumlah pengguna internet tercatat 72,8 juta, yang kemudian naik menjadi 102,8 juta di 2016. Di 2017, pengguna internet Indonesia diprediksi mencapai 112,6 juta. Dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank Indonesia memperkirakan ada 24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi e-Commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018, naik dari Rp 69,8 triliun di 2016 dan Rp 25 triliun di 2014.

11.  Tingkat Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan data United Nations Development Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks 0,67 persen. Sedangkan Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh lebih tinggi yaitu 0,83 persen dan 0,86 persen. Menurut Direktur Badan  Perencanaan dan Pembangun Nasional (Bappenas), Subandi Sardjoko, Indeks tingkat pendidikan tinggi Indonesia juga dinilai masih rendah yaitu 14,6 persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen.

12.  Tingkat Jumlah Penduduk Indonesia
Berdasarkan proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta jiwa perempuan.
Menurut kelompok umur, penduduk yang masih tergolong anak-anak (0-14 tahun) mencapai 70,49 juta jiwa atau sekitar 26,6% dari total populasi. Untuk populasi yang masuk kategori usia produktif (14-64 tahun) 179,13 juta jiwa (67,6%) dan penduduk usia lanjut 65 ke atas sebanyak 85,89 juta jiwa (5,8%).
Dari proyeksi tersebut, jumlah kelahiran pada tahun ini mencapai 4,81 juta jiwa sedangkan jumlah kematian 1,72 juta jiwa. Adapun rasio angka ketergantungan (usia produktif terhadap usia nonproduktif) sebesar 47,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 48,1% dan juga turun dari posisi 2010 yang mencapai 50,5%.
13.  Sektor Pariwisata sebagai Sumber Devisa Negara
Indeks Daya Saing Pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) menunjukkan perkembangan menggembirakan. Peringkat Indonesia naik 8 poin dari 50 di 2015, ke peringkat 42 pada 2017.  Satu hal dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara yang meningkat selama tiga tahun terakhir dari 10 juta orang pada tahun 2015 menjadi 12 juta pada tahun lalu menambah tebal pemasukan devisa negara dari US$ 12,336 miliar menjadi US$ 12,44 miliar. Juga, Devisa dari sektor pariwisata pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi kedua setelah CPO US$ 15,965 miliar.

14.  Naik Turunnya Nilai Impor
Nilai impor Indonesia medio Januari hingga Mei 2018 mengalami peningkatan 24,75 persen dibandingkan tahun lalu dalam periode yang sama. Pada Mei 2018, ada kenaikan nilai impor sebesar 9,17 persen dibandingkan April 2018, yakni sebesar 17,64 miliar dollar AS. Kemudian, Badan Pusat Statistik (BPS) merilis nilai impor Indonesia pada September 2018 turun 13,18% menjadi US$ 14,6 miliar dibanding bulan sebelumnya. Sementara nilai ekspor hanya turun 6,58% menjadi US$ 14,83 miliar dari bulan sebelumnya. Hal ini menjadikan naik turunnya nilai impor Indonesia.

15.  Penurunan Panen Kopi
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) Lampung mencatat bahwa panen biji kopi tahun 2018 ini turun hingga 50 persen per hektarenya atau sekitar 300 ribu ton dibandingkan tahun lalu.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar