PERMASALAHAN
EKONOMI DESKRIPTIF
1. Buta
huruf di Indonesia
Berdasarkan
data dari kemdikbud, angka masyarakat yang buta huruf di Indonesia kini tinggal
2,07%. Sekitar dua pertiga dari 3,4 juta masyarakat yang buta huruf adalah kaum
perempuan.
2. Ketimpangan
Sosial
Sejak tahun 2000, ketimpangan ekonomi di Indonesia meningkat
pesat. Pertumbuhan ekonomi yang ada lebih dinikmati oleh 20 persen penduduk
terkaya daripada masyarakat umum lainnya. pertumbuhan ekonomi Indonesia memicu
tingginya ketimpangan antarpenduduk. Hal ini tecermin dalam Indeks Gini, yakni
indeks untuk mengukur ketimpangan dalam sebuah negara dari 0 (kesetaraan
sempurna) sampai 100 (ketidaksetaraan sempurna). Data dari Bank Dunia
mengungkapkan Indeks Gini Indonesia meningkat dari 30,0 pada dekade 1990-an
menjadi 39,0 pada 2017. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS),
ketimpangan di Indonesia mulai meningkat pada awal 1990-an.
3. Infrastruktur
di Indonesia
World
Economic Forum (WEF), lembaga non-profit yang didirikan di Jenewa, Swiss
merilis indeks daya saing infrastruktur negara-negara di dunia. Menarik,
peringkat Indonesia naik 10 tingkat. Dalam laporan yang dipublikasikan
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), data Global
Competitiveness Index 2017 menunjukkan indeks daya saing infrastruktur
Indonesia pada 2017-2018 berada di urutan ke-52 dari posisi sebelumnya di
periode 2015-2016 yang masih berada di posisi 62.
4. Inflasi
Bank Indonesia (BI) mencatat Survei Pemantauan Harga (SPH) pada minggu pertama
Oktober 2018 telah terjadi inflasi sebesar 0,01 persen secara month to
month (mtm). Sedangkan secara year on year (yoy)
tercatat sebesar 2,89 persen. Perry meyatakan, dengan angka tersebut, menunjukkan
inflasi semakin terjaga rendah dan stabil. Kemungkinan, kata Perry, hingga
akhir tahun, inflasi diperkirakan berada di bawah target BI sebesar 3,5 persen.
5. Pengangguran
Badan
Pusat Statistik (BPS) merilis tingkat pengangguran terbuka (TPT) di Indonesia
pada Februari 2018 mencapai 5,13%, atau turun dari periode sama tahun
sebelumnya, 5,33%. Dari persentase tersebut, maka jumlah pengangguran di
Indonesia saat ini mencapai 6,87 juta orang atau turun dari sebelumnya yang
mencapai 7,01 juta orang.
6. Kemiskinan
Badan
Pusat Statistik ( BPS) mencatat Indonesia mengalami titik terendah dalam hal
persentase kemiskinan sejak tahun 1999, yakni sebesar 9,82 persen pada Maret
2018. Dengan persentase kemiskinan 9,82 persen, jumlah penduduk miskin atau
yang pengeluaran per kapita tiap bulan di bawah garis kemiskinan mencapai 25,95
juta orang.
7. Kenaikan
Harga Minyak Dunia
Kekhawatiran pasar terhadap rantai suplai minyak global
membuat harga minyak dunia kembali melambung menembus 71 dollar AS per barel. Mengutip
Bloomberg, Rabu (27/6/2018) pukul 17.30 WIB, harga minyak mentah berjangka West
Texas Intermediate (WTI) kontrak pengiriman Agustus 2018 di Nymex-AS naik 0,82
persen menjadi 71,11 dollar AS per barel. Dalam sepekan, harga minyak terus
menanjak mencapai 8,22 persen sebagaimana dilansir Kontan.co.id, Rabu
(27/6/2018).
8. Peningkatan
Ekspor Non-migas didorong Komoditas Logam
Badan
Pusat Statistik (BPS) menyebut ekspor nonmigas beberapa golongan barang
mengalami peningkatan pada bulan September 2018. Peningkatan tersebut berperan
terhadap 25,77 persen total ekspor nonmigas sepanjang tahun ini. Peningkatan
terbesar ekspor September 2018 terhadap Agustus 2018 terjadi pada bijih, kerak,
dan abu logam sebesar USD 75,3 juta atau 18,86 persen. Komoditas nonmigas yang
turut meningkat adalah benda-benda dari besi dan baja sebesar USD19,7 juta atau
20,23 persen.
9.
Minat
Menabung Masyarakat
Berdasarkan data Dana Moneter Internasional (IMF), saat ini
rasio Gross National Savings per GDP Indonesia berada di level 30,87 persen.
Rasio tersebut di bawah Tiongkok yang 48,87 persen, Singapura 46,73 persen,
serta Korea yakni 35,11 persen. Namun rasio yang dimiliki Indonesia berada di
atas Malaysia yang berada di level 29,83 persen.
10. Pertumbuhan E-Commerce di Indonesia
Data e-Marketer menyebutkan jumlah
pengguna internet di Indonesia setiap tahun terus bertambah. Pada 2013, jumlah
pengguna internet tercatat 72,8 juta, yang kemudian naik menjadi 102,8 juta di
2016. Di 2017, pengguna internet Indonesia diprediksi mencapai 112,6 juta.
Dengan pertumbuhan pengguna internet, Bank Indonesia memperkirakan ada
24,7 juta orang yang berbelanja online. Nilai transaksi
e-Commerce diprediksi mencapai Rp 144 triliun pada 2018, naik dari Rp 69,8
triliun di 2016 dan Rp 25 triliun di 2014.
11. Tingkat
Pendidikan di Indonesia
Berdasarkan data United Nations Development
Program (UNDP) 2011, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia berada di
urutan 124 dari 187 negara yang disurvei dengan indeks 0,67 persen. Sedangkan
Singapura dan Malaysia mempunyai indeks yang jauh lebih tinggi yaitu 0,83
persen dan 0,86 persen. Menurut Direktur
Badan Perencanaan dan Pembangun Nasional
(Bappenas), Subandi Sardjoko, Indeks
tingkat pendidikan tinggi Indonesia juga dinilai masih rendah yaitu 14,6
persen, berbeda dengan Singapura dan Malaysia yang sudah mempunyai indeks
tingkat pendidikan yang lebih baik yaitu 28 persen dan 33 persen.
12. Tingkat
Jumlah Penduduk Indonesia
Berdasarkan
proyeksi Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) 2013 jumlah penduduk Indonesia pada 2018 mencapai 265 juta
jiwa. Jumlah tersebut terdiri dari 133,17 juta jiwa laki-laki dan 131,88 juta
jiwa perempuan.
Menurut
kelompok umur, penduduk yang masih tergolong anak-anak (0-14 tahun) mencapai
70,49 juta jiwa atau sekitar 26,6% dari total populasi. Untuk populasi yang
masuk kategori usia produktif (14-64 tahun) 179,13 juta jiwa (67,6%) dan
penduduk usia lanjut 65 ke atas sebanyak 85,89 juta jiwa (5,8%).
Dari proyeksi tersebut, jumlah
kelahiran pada tahun ini mencapai 4,81 juta jiwa sedangkan jumlah kematian 1,72
juta jiwa. Adapun rasio angka ketergantungan (usia produktif terhadap usia
nonproduktif) sebesar 47,9%, lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 48,1%
dan juga turun dari posisi 2010 yang mencapai 50,5%.
13.
Sektor Pariwisata sebagai Sumber
Devisa Negara
Indeks
Daya Saing Pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) menunjukkan
perkembangan menggembirakan. Peringkat Indonesia naik 8 poin dari 50 di 2015,
ke peringkat 42 pada 2017. Satu hal dari peningkatan jumlah wisatawan mancanegara
yang meningkat selama tiga tahun terakhir dari 10 juta orang pada tahun 2015
menjadi 12 juta pada tahun lalu menambah tebal pemasukan devisa negara dari US$
12,336 miliar menjadi US$ 12,44 miliar. Juga, Devisa dari sektor pariwisata
pada 2016 sebesar US$ 13,568 miliar berada di posisi kedua setelah CPO US$
15,965 miliar.
14. Naik
Turunnya Nilai Impor
Nilai impor Indonesia medio Januari
hingga Mei 2018 mengalami peningkatan 24,75 persen dibandingkan tahun lalu
dalam periode yang sama. Pada Mei 2018, ada kenaikan nilai impor sebesar 9,17
persen dibandingkan April 2018, yakni sebesar 17,64 miliar dollar AS. Kemudian, Badan
Pusat Statistik (BPS) merilis nilai impor Indonesia
pada September 2018 turun 13,18% menjadi US$ 14,6 miliar dibanding bulan
sebelumnya. Sementara nilai ekspor hanya turun 6,58% menjadi US$ 14,83 miliar
dari bulan sebelumnya. Hal ini menjadikan naik turunnya nilai impor Indonesia.
15. Penurunan Panen Kopi
Asosiasi Eksportir dan Industri Kopi
Indonesia (AEKI) Lampung mencatat bahwa panen biji kopi tahun 2018 ini turun
hingga 50 persen per hektarenya atau sekitar 300 ribu ton dibandingkan tahun
lalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar